Pages

Sabtu, 07 Januari 2012

Observasi Pengamen Cilik

Observasi terhadap pengamen cilik di jalan-jalan raya ini merupakan observasi saya atas tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah saya. Berikut adalah deskripsinya dan hasil wawancara.



Deskripsi Hasil Observasi :

Hari Minggu tanggal 11 Desember sekitar pukul 14,00, Saya pergi ke daerah Soekarno Hatta untuk melakukan observasi terhadap  anak jalanan. Di dalam pengamatan tersebut saya menjumpai beberapa anak kecil berjumlah kira-kira 6 anak dan berusia sekitar 8-11 tahun, yang berprofesi sebagai pengamen dan pengemis di jalan raya, kususnya di perempatan rambu lalu lintas. Tidak ada orangtua atau orang dewasa yang mendampingi mereka. Mereka sepertinya sudah terbiasa dan tidak takut lagi dengan bahaya lalu lintas yang padat. Saat lampu merah menyala, mereka dengan sigap menyerbu mobil-mobil yang tengah berhenti. Hanya berbekal gitar yang sudah usang dan bernyanyi lagu-lagu jaman sekarang beberapa menit, koin bahkan lembaran kertas uang mereka dapatkan.
Di hari kedua, Senin tanggal 12 Desember sekitar 18.00, Saya kembali ke daerah tersebut untuk mengamati anak jalanan. Dan masih Saya menemukan segerombolan pengamen kecil yang semangat bekerja, namun mereka yang Saya lihat sekarang berbeda dengan anak-anak di pengamatan pertama. Hanya satu diantaranya yang sama dengan anak yang saya lihat kemarin. Sekitar seperempat menit saya mengamati, tiba-tiba mereka memutuskan untuk menyudahi mengamen dan pergi ke tempat lain. Ternyata mereka pergi ke sebuah warung makan sederhana tidak jauh dari tempat tersebut.
Di hari ketiga, Selasa tanggal 13 Desember, Saya pergi keperempatan jalan tersebut sekitar pukul 15.00. Saat itu anak-anak jalanan tersebut sedang asyik duduk-duduk di trotoar dan bergurau, hanya 2 anak yang aktif bekerja mendatangi mobil dan sepeda motor yang sedang berhenti menunggu lampu hijau menyala. Disitu Saya menemukan anak yang sudah 2 kali Saya temui kemarin. Saya mendekatinya dan mengajaknya mengobrol sebentar untuk wawancara. Dan berikut adalah wawancara Saya dengan salah satu pengamen kecil tersebut.

Hari                 : Rabu
Tanggal           : 13 Desember 2011
Pedoman Wawancara:
1.      Siapa nama kamu ?
2.      Kamu tinggal dimana ?
3.      Dimana orangtua kamu sekarang ?
4.      Apakah Ibu tidak bekerja?
5.      Apakah kamu tidak sekolah ?
6.      Kenapa mengamen? Apakah dipaksa oleh orang tua?
7.      Dalam sehari berapa rata-rata uang yang bisa didapat? Dan untuk apa?
8.      Kamu tidak capek? Atau takut berada di jalan yang ramai lalu lintas?
9.      Bagaimana dengan tugas sekolah? Apakah mengamen tidak mengganggu aktivitas sekolah kamu?
10.  Apa suka dukanya menjadi pengamen? Apa ada rencana untuk berhenti mengamen?

Deskripsi hasil wawancara:

Siapa nama kamu ?
Nama saya Arif kak..
Kamu tinggal dimana ?
Di Malang.
Dimana orang tua kamu sekarang ?
Ibu sedang di rumah. Ayah sudah tidak ada.
Apakah Ibu tidak kerja?
Kerja, jadi pembantu rumah tangga, tapi tidak tentu. Hanya saat ada yang meminta untuk di bantu saja.
Apakah kamu tidak sekolah ?
Saya sekolah. Sekarang kelas 4. Setelah pulang sekolah saya mengamen disini. Sekitar jam 7 malam saya pulang.
Kenapa mengamen? Apakah dipaksa oleh orang tua?
Sebenarnya tidak ada paksaan dari orang tua.
Dulu saat saya masih kecil saya sering diajak kakak saya untuk mengamen di daerah sini. Lalu saat saya sudah agak besar dan bisa mandiri, kakak memberikan tempatnya disini dan mencari tempat lain. Jadi walaupun saya tidak dipaksa, saya sudah terbiasa berada di jalan sebelumnya.
Dalam sehari berapa rata-rata uang yang bisa didapat? Dan untuk apa?
Dalam sehari bisa dapat sekitar 50.000, itu sudah diluar makan dan transport untuk pulang pergi.
Uang itu Saya pakai untuk beli beras di rumah, dan sisanya Saya pakai sebagai uang saku. Jadi untuk jajan di sekolah saya sudah tidak minta lagi sama ibu.
Kamu tidak capek? Atau takut berada di jalan yang ramai lalu lintas?
Sudah biasa, sekalian jalan-jalan aja sama teman-teman yang lain.
Bagaimana dengan tugas sekolah? Apakah mengamen tidak mengganggu aktivitas sekolah kamu?
Saya tidak merasa terganggu, mungkin hanya capek sedikit dan saat pulang langsung istirahat, sehingga sering lupa dengan tugas atau PR dari sekolah. Dan akhirnya Saya kerjakan di sekolah sebelum pelajaran.
Apa suka dukanya menjadi pengamen? Apa ada rencana untuk berhenti mengamen?
Suka dan dukanya mengamen banyak sekali. Sukanya, saat kita dapat uang banyak dari orang-orang.  Apalagi jika ketemu sama orang yang kaya, kadang diajak makan karena kasihan melihat kami. Sedang dukanya, kalau ada orang yang tidak memberi uang malah marah-marah dan membentak. Saat hujan deras, kami kadang hanya dapat uang sedikit karena jalanan cenderung sepi.
Kalau rencana untuk berhenti, sekarang ini belum terpikirkan. Karena Saya begini juga untuk mengurangi beban ibu. Selain itu, mengamen juga bukan pekerjaan yang sulit. Hanya dengan modal gitar dan bernyanyi sebentar Saya sudah dapat uang.


KESIMPULAN :
Anak jalanan yang menjadi pengemis, pengamen, pengasong, dan lain sebagainya sangat mudah dijumpai di kota besar seperti Malang. Begitu banyak faktor yang menjadikan mereka sebagai pekerja jalanan yang keras dan beresiko, terutama karena faktor ekonomi keluarga dan tuntutan kebutuhan hidup yang harusnya menjadi tanggungan orang tua. Seharusnya yang mereka lakukan adalah belajar dan bermain seperti layaknya anak-anak seumur mereka tanpa harus mencari uang untuk dapat tetap bertahan hidup. Masa depan Bangsa dan Negara Indonesia terletak di tangan generasi penerus. Kualitas SDM yang rendah sangat berpengaruh pada kondisi negara kita tercinta ini baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Salah satu hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu anak-anak kecil yang bekerja sebagai pengamen cilik, pedagang asongan, pengemis, dan lain sebagainya di jalanan adalah dengan tidak memberi mereka uang serta memberi tahu orang lain untuk tidak memberi juga walaupun merasa sangat kasihan.
Apabila tidak ada satu orang pun yang memberi mereka uang, maka anak-anak jalanan tersebut tidak akan ada. Alangkah lebih baik jika uang tersebut kita kumpulkan untuk membantu biaya pendidikan mereka daripada kita membantu biaya foya-foya preman yang mempekerjapaksa anak di bawah umur, biaya hidup orangtua yang memaksa anaknya bekerja di jalan sedangkan mereka hanya melihat dari jauh, bahkan bersantai di rumah dan lain sebagainya. Jika mereka terbiasa mendapat uang mudah dari bekerja di jalan, maka mereka setelah besar / dewasa kelak akan tetap menjadi pekerja jalanan.
Lalu bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan anak jalanan tersebut?
Menurut UUD 1945, ‘”Anak terlantar itu dipelihara oleh Negara”, artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk pengamen cilik. Hak asasi anak jalanan pada hakikatnya sama dengan hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Anak. Maka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan, kesahatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya, dan perlindungan khusus.

Pendekatan Belajar Konstruktivisme

Dari beberapa teori belajar psikologi, kali ini saya ingin berbagi makalah sederhana tentang Teori Belajar Konstruktivis.
Semoga bermanfaat bagi teman-teman.... : )


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVIS

A. PENGERTIAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran serta sumber belajar atau sumber informasi dan fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojo, 1998:5-6). Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997: 53).
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan social. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme , namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi social dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme social ) sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu)
  1. Konstruktivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual . Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya.
  1. Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara social, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama . Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi social, alat-alat budaya , dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.

B. CIRI – CIRI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
o Pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
o Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
o Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
o Menghargai dan menerima usaha siswa.
o Menciptakan proses siswa bertanya dan berdialog dengan siswa & guru.
o Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
o Peran guru hanya sebagai pembimbing denga menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

C. PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar
3. Siswa aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

D. IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN
Beberapa model pembelajaran matematika yang dilandasi paham kontruktivisme adalah :
(1) Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan (2) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

PROSES BELAJAR MENURUT KONSTRUKVISME
Proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan.
2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan dengan aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.


Daftar Pustaka

Peran Keluarga dalam Perkembangan Anak SD

Keluarga adalah tempat pertama sekaligus utama bagi seseorang dalam hidupnya. Keluarga berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Kali ini saya ingin share makalah tentang peran keluarga terhadap perkembangan anak SD.

Semoga bermanfaat... ! ^^




PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah.
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya.
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk  mengadakan hubungan  antar  manusia  yang  memuaskan baik  untuk  diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya.
Keluarga  merupakan  kesatuan  yang  terkecil  di  dalam  masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan meupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Dalam makalah ini penulis menyajikan mengenai pengaruh keluarga terhadap perkembangan anak sekolah dasar.




Perumusan Masalah
1.      Apa fungsi keluarga?
2.      Bagaimana pengaruh keluarga terhadap perkembangan anak?
3.      Bagaimana peran keluarga terhadap perkembangan anak?


Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan mengenai fungsi keluarga.
2.      Menjelaskan mengenai pengaruh keluarga terhadap perkembangan anak.
3.      Menjelaskan peran keluarga dalam perkembangan anak.





 PEMABAHASAN

  1. Pengertian Keluarga

Lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar, ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang dikenal, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga macam lingkungan ini disebut tripusat pendidikan.
Lingkungan  keluarga  merupakan  lingkungan  pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
Dari definisi tersebut dapat dirumuskan intisari pengertian keluarga, yaitu sebagai berikut :
1.      Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
2.      Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan / atau adopsi,
3.      Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab, dan
4.      Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

Dengan demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat di mana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Di samping itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi.
Dengan  demikian  jelaslah  bahwa  orang  yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tua.

  1. Perkembangan Fungsi dan Peranan Keluarga
Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional. Fungsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya. Namun sekarang ini sebagian fungsi – fungsi tersebut sudah mengalami pergeseran, antara lain :
§  Fungsi pendidikan.
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Fungsi pendidikan   keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluarga masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan itu telah diambil alih oleh sekolah. Apabila dulu fungsi sekolah terbatas pada pendi- dikan intelek, maka kecenderungan sekarang pendidikan sekolah diarahkan kepada anak sebagai seorang pribadi.
§  Fungsi rekreasi
Dulu keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota- anggotanya. Sekarang pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti  gedung bioskop, panggung sirkus, lapangan olah raga, kebun binatang, taman-taman, nightclub, komunitas pengguna jasa internet dan lain sebagainya dipandang lebih menarik.
§  Fungsi Keagamaan
Dulu keluarga merupakan pusat pendidikan upacara ritual dan ibadah agama bagi para anggotanya di samping peranan yang dilakukan oleh institusi agama. Proses sekularisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh institusi agama menimbulkan kemunduran fungsi keagamaan keluarga.
§  Fungsi Perlindungan
Dahulu keluarga berfungsi memberikan perlindungan, baik fisik maupun sosial, kepada para anggotanya. Sekarang banyak fungsi perlindungan dan perawatan ini telah diambil alih oleh badan-badan sosial, seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anak- anak nakal, orang-orang lanjut usia, perusahaan asuransi dan sebagainya.

Menurut Vembriarto (1990) ada tiga macam fungsi yang tetap melekat sebagai cirri hakiki keluarga, yaitu sebagai berikut.
a.             Fungsi biologis
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
b.            Fungsi afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan afeksi-afeksi kemesraan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi yang secara khusus hanya terdapat dalam kehidupan keluarga.
c.             Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam proses perkembangan pribadinya.

  1. Pengaruh Keluarga terhadap Perkembangan Anak
Radin (Seifert & Hoffnung, 1991) menjelaskan enam kemungkinan cara yang dilakukan orangtua dalam mempengaruhi anak, yakni:
1.      Pemodelan Perilaku (modeling of behaviors).
Disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Cara dan gaya orang tua berperilaku akan menjadi sumber objek imitasi bagi anak. Tidak hanya yang baik – baik saja yang diterima oleh anak, tapi sifat – sifat yang jeleknya pun akan dilihat pula.
2.      Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments).
Orang tua mempengaruhi anaknya dengan cara memberi ganjaran terhadap perilaku tertentu dan memberi hukuman terhadap perilaku lainnya.
3.      Perintah langsung (direct instruction).
Kadang – kadang orang tua secara sederhana mengatakan kepada anak seperti berikut: “Jangan malas belajar!”, “Cepat mandi, nanti sekolahnya kesiangan!”.
4.      Menyatakan peraturan-peraturan ( stating rules).
Secara berulang - ulang orang tua menyatakan peraturan – peraturan umum secara tidak tertulis yang berlaku di rumah.
5.      Nalar ( reasoning).
Pada saat menjengkelkan, orang tua bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar untuk mempengaruhi anaknya. Contoh, orang tua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan perilaku dengan nilai yang dianut.
6.      Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana ( providing materials and settings).
Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau bahan – bahan dan adegan suasana.



  1. Gaya Pengasuhan Orangtua dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak

Gaya pengasuhan orangtua (parenting style)
Tipe
Perilaku Orang tua
Karakteristik anak
·         Otoriter
Kontrol yang ketat dan sepihak, menuntut ketaatan penuh tanpa memberi kesempatan anak untuk berdialog, dominan dalam mengawasi dan mengendalikan anak, lebih senang menggunakan hukuman dalam menerapkan peraturan
Menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya dengan orang lain.
·         Permisif

Tidak mengontrol, tidak menuntut, tidak memberi arahan & bimbingan, memberikan banyak kebebasan kepada anak, cenderung membiarkan anak saat melakukan kesalahan
Kurang dalam harga diri, kendali diri, dan kecenderungan untuk berekplorasi
·         Otoritatif
Menuntut dengan pemahaman dan bukan dengan paksaan,
Berdialog (memberi dan menerima) secara verbal, mengontrol
Mandiri, bertanggung jawab secara sosial, memiliki kendali diri, eksploratif, dan percaya diri.


  1. Persoalan Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak
Permasalahan keluarga :
Anak Depresi
  • Orangtua yang bekerja
Adanya tuntutan ekonomi, pergeseran pandangan tentang peran wanita telah mendorong banyak ibu rumah tangga sekarang turut bekerja mencari nafkah. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan dan perkembangan anak.
Namun demikian, ibu yang bekerja maupun tidak sebenarnya sama – sama memiliki potensi untuk memberikan dampak positif dan negative terhadap kehidupan keluarga.
  • Orangtua yang bercerai
Perceraian orang tua dapat merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan shock dan konflik berat serta perubahan drastis bagi anggota keluarganya, termasuk anak. Selain tekanan ekonomi, persoalan lain yang muncul adalah tekanan psikologis. Berbagai persoalan yang dialami orang tua, pada akhirnya terekspresikan di saat berinteraksi dengan anak. Mereka menjadi emosional, mudah marah dan berperilaku agresif terhadap anak.




Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Keluarga  merupakan  kesatuan  yang  terkecil  di  dalam  masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.



Saran
Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu sebaiknya orang tua dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis terhadap sesuatu yang baru.




DAFTAR PUSTAKA


Wahab, Drs. H. Rohmat, MPd, MA(1998), Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Depdikbud